Islam mempunyai perspektif tersendiri terhadap kualifikasi manusia yang dikatakan sebagai manusia ideal, meliputi:
A. Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketrampilan.
Manusia yang Memiliki Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketerampilan. Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakan ajaran islam. Islam menghendaki agar orang islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran islam (iman) adalah persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, maka kesehatan jasmani pun penting pula. Karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (agar sehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin islam. Pendidikan itu langsung dihubungkan dengan pembelaan islam, yaitu berupa latihan memanah, berenang, menggunakan senjata, menunggang kuda, lari cepat (Al-Syaibani, 1979:503).
Jasmani yang berkembang dengan baik haruslah kuat (power); artinya orang itu harus kuat secara fisik. Cirinya yang mudah di lihat adalah adanya otot yang berkembang dengan sempurna. Hasil yang diperoleh ialah kemampuan beradaptasi yang tinggi, kemampuan pulih (recover) yang cepat, dan kemampuan menahan letih, yaitu tidak cepat letih. Tanda yang lain ialah aktif, berpenampilan segar.
Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan juga dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu keterampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
B. Cerdas serta pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki informasi. Salah satu ciri muslim yang sempurna ialah cerdas serta pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dilihat melalui indicator-indikator sebagai berikut.
Pertama, memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. Sains adalah pengetahuan manusia yang merupakan produk indra dan akal; dalam sains kelihatan tinggi atau rendahnya mutu akal. Orang islam hendaknya tidak hanya menguasai teori-teori sains, termasuk teknologi. Kedua, mampu memahami dan menghasilkan filsafat. Berbeda dari sains, filsafat adalah jenis pengetahuan yang semata-mata akliah. Dengan ini, orang islam akan mampu memecahkan masalah filosofis.
Perlunya ciri akliah dimiliki oleh muslim dapat diketahui dari ayat-ayat al qur’an serta hadis nabi Muhammad S.A.W. ayat dan hadis itu biasanya di ungkapkan dalam bentuk perintah agar belajar dan atau perintah menggunakan indra dan akal, atau pujian kepada mereka yang menggunakan indra dan akalnya. Sebagian kecil dari ayat Al Qur’an dan hadis tersebut adalah yang artinya “Katakanlah, samakah antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(QS. Al-Zumar:9).
Dan dalam ayat yang lain disebutkan yang artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya adalah ulama.(QS Al-Fathir:28).
Ayat Al Qur’an diatas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan) dimiliki orang islam, pentingnya berpikir dan pentingnya belajar.
Nabi Muhammad S.A.W. menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan cara belajar (lihat Al-Bukhori,I,1981:25). Jadi, kalau begitu orang islam diperintah agar belajar. Surat al-Alaq ayat 1 mengandung pengertian bahwa orang islam seharusnya dapat membaca. Ayat ini juga mengandung perintah agar orang islam belajar karena pada umumnya kemampuan membaca itu diperoleh dari belajar. Dalam Al Qur’an surat al-nahl ayat 43 tuhan menyuruh orang islam bertanya jika ia tidak tahu. Ini dapat diartikan sebagai suruhan belajar. Sabda Rasululloh S.A.W.tentang perintah belajar banyak sekali. Ini dapat dilihat umpamanya dalam shahih al-bukhori juz I. Al-bukhari menulis salah satu judul dalam kitabnya itu dengan menggunakan kata-kata al-‘ilm qabl al-qaul wa al-‘amal, yang berarti pengetahuan (perlu) sebelum berkata dan berbuat (lihat al-bukhari,I,1981:25). Judul itu menggambarkan pendapat al-bukhari bahwa belajar itu penting. Imam Al-Ghazali lebih tegas dalam hal ini; ia berpendapat bahwa belajar itu wajib bagi setiap muslim (sulayman,1964:6,20). Jadi, jelaslah bahwa islam menghendaki agar orang islam berpengetahuan. Ini adalah salah satu ciri akal yang berkembang baik. Akal yang berkembang baik itu berisi banyak pengetahuan sains, filsafat, serta mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis.
Akal yang cerdas adalah karunia Tuhan. Indikatornya ialah kecerdasan umum (IQ). Kecerdasan itu, selain ditentukan oleh Tuhan, juga berkaitan dengan keturunan. Kesehatan jiwa dan fisik jelas berkaitan dengan kecerdasan tersebut. Kalau begitu, kesehatan dan kekuatan seperti yang telah diuraikan sebelum ini berkaitan juga dengan tingkat kecerdasan.
C. Rohani yang Berkualitas Tinggi
Seperti yang telah diuraikan sebelum ini, rohani yang dimaksud disini adalah aspek manusia selain jasmani dan akal (logika). Rohani itu samar, ruwet, belum jelas batasannya; manusia belum (atau tidak akan) memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui hakikatnya. Kebanyakan buku tashawwuf dan pendidikan islam menyebutnya qalb (kalbu) saja. Kalbu disini, sekalipun tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannya, gejalanya jelas. Gejala itu diwakilkan dalam istilah rasa. Rincian rasa tersebut misalnya sedih, gelisah, rindu, sabar, serakah, putus asa, cinta, benci, iman, bahkan kemampuan “melihat” yang ghaib, termasuk “melihat” Tuhan, surge, neraka, dan lain-lain. Kata “melihat” Tuhan dan sebagainya itu sebenarnya adalah “merasakan”. Kemampuan manusia memperoleh ilmu laduni atau ilmu kasyf adalah bagian dari kerja kalbu. , kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap indra. Kekuatan akal atau pikir betul-betul sangat luas, dapat mengetahui objek yang abstrak tetapi sebatas dapat dipikirkan secara logis. Kekuatan rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal. Bahkan ia dapat mengetahui objek secara tidak terbatas. Karena itu, islam amat mengistimewakan aspek kalbu. Kalbu dapat menembus alam ghoib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al-Qur’an, tempatnya di dalam kalbu. Sesuai dengan ayat Al Qur’an yang artinya “orang-orang arab badui itu berkata, kami telah beriman.katakan kepada mereka, kamu sebenarnya belum beriman; kamu seharusnya mengatakan kami telah tunduk karena sebenarnya iman itu belummasuk ke dalam hati kalian. (Al Hujurat:14).
Dalam ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa iman itu ada didalam hati, suatu rasa tentang Tuhan. Ayat lain menyebutkan dalam surat al maidah ayat 41 Tuhan berfirman sebagai berikut yang artinya “hai, rasul, janganlah kamu di sedihkan oleh orang-orang yang segera (memperlihatkan) kafir, yaitu orang-orang yang mengatakan kami telah beriman, padahal hati mereka belum beriman.
Jadi, menurut ayat ini kata-kata iman tidaklah merupakan pertanda bahwa orang yang mengatakannya itu sudah beriman; iman itu di hati, bukan di mulut. Iman itu bukan juga di kepala. Yang ada di kepala ialah pengetahuan tentang iman, pengetahuan tentang Tuhan, tetapi yang di kepala itu bukan iman, iman itu di dalam hati. Berdasarkan uraiain ini jelaslah kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain kalbu yang takwa kepada Allah.
Kalbu yang penuh iman itu mempunyai gejala-gejala yang amat banyak; katakanlah rinciannya amat banyak. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnya shalat dengan khusyuk (al-mu’min:1-2); bila mengingat Allah, kulit dan hatinya tenang (al-zumar;23); bila disebut nama Allah, bergetar hatinya (al-hajj:34-35); bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis (maryam:58, al-isra’:109). Itulah ciri utama hati yang penuh iman atau takwa. Dari situlah akan muncul manusia yang berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa manusia sempurna atau ideal dalam pandangan islam ialah manusia yang hatinya penuh takwa kepada Tuhan.
Seluruh uraian tentang ciri manusia sempurna atau ideal menurut islam ini dapat diringkaskan sebagai berikut. Manusia sempurna atau idel menurut islam haruslah:
1. Jasmaninya sehat serta kuat, termasuk berketerampilan;
2. Akalnya cerdas serta pandai;
3. Hatinya atau kalbunya penuh iman kepada Allah.
A. Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketrampilan.
Manusia yang Memiliki Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketerampilan. Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakan ajaran islam. Islam menghendaki agar orang islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran islam (iman) adalah persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, maka kesehatan jasmani pun penting pula. Karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (agar sehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin islam. Pendidikan itu langsung dihubungkan dengan pembelaan islam, yaitu berupa latihan memanah, berenang, menggunakan senjata, menunggang kuda, lari cepat (Al-Syaibani, 1979:503).
Jasmani yang berkembang dengan baik haruslah kuat (power); artinya orang itu harus kuat secara fisik. Cirinya yang mudah di lihat adalah adanya otot yang berkembang dengan sempurna. Hasil yang diperoleh ialah kemampuan beradaptasi yang tinggi, kemampuan pulih (recover) yang cepat, dan kemampuan menahan letih, yaitu tidak cepat letih. Tanda yang lain ialah aktif, berpenampilan segar.
Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan juga dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu keterampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
B. Cerdas serta pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki informasi. Salah satu ciri muslim yang sempurna ialah cerdas serta pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dilihat melalui indicator-indikator sebagai berikut.
Pertama, memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. Sains adalah pengetahuan manusia yang merupakan produk indra dan akal; dalam sains kelihatan tinggi atau rendahnya mutu akal. Orang islam hendaknya tidak hanya menguasai teori-teori sains, termasuk teknologi. Kedua, mampu memahami dan menghasilkan filsafat. Berbeda dari sains, filsafat adalah jenis pengetahuan yang semata-mata akliah. Dengan ini, orang islam akan mampu memecahkan masalah filosofis.
Perlunya ciri akliah dimiliki oleh muslim dapat diketahui dari ayat-ayat al qur’an serta hadis nabi Muhammad S.A.W. ayat dan hadis itu biasanya di ungkapkan dalam bentuk perintah agar belajar dan atau perintah menggunakan indra dan akal, atau pujian kepada mereka yang menggunakan indra dan akalnya. Sebagian kecil dari ayat Al Qur’an dan hadis tersebut adalah yang artinya “Katakanlah, samakah antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(QS. Al-Zumar:9).
Dan dalam ayat yang lain disebutkan yang artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya adalah ulama.(QS Al-Fathir:28).
Ayat Al Qur’an diatas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan) dimiliki orang islam, pentingnya berpikir dan pentingnya belajar.
Nabi Muhammad S.A.W. menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan cara belajar (lihat Al-Bukhori,I,1981:25). Jadi, kalau begitu orang islam diperintah agar belajar. Surat al-Alaq ayat 1 mengandung pengertian bahwa orang islam seharusnya dapat membaca. Ayat ini juga mengandung perintah agar orang islam belajar karena pada umumnya kemampuan membaca itu diperoleh dari belajar. Dalam Al Qur’an surat al-nahl ayat 43 tuhan menyuruh orang islam bertanya jika ia tidak tahu. Ini dapat diartikan sebagai suruhan belajar. Sabda Rasululloh S.A.W.tentang perintah belajar banyak sekali. Ini dapat dilihat umpamanya dalam shahih al-bukhori juz I. Al-bukhari menulis salah satu judul dalam kitabnya itu dengan menggunakan kata-kata al-‘ilm qabl al-qaul wa al-‘amal, yang berarti pengetahuan (perlu) sebelum berkata dan berbuat (lihat al-bukhari,I,1981:25). Judul itu menggambarkan pendapat al-bukhari bahwa belajar itu penting. Imam Al-Ghazali lebih tegas dalam hal ini; ia berpendapat bahwa belajar itu wajib bagi setiap muslim (sulayman,1964:6,20). Jadi, jelaslah bahwa islam menghendaki agar orang islam berpengetahuan. Ini adalah salah satu ciri akal yang berkembang baik. Akal yang berkembang baik itu berisi banyak pengetahuan sains, filsafat, serta mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis.
Akal yang cerdas adalah karunia Tuhan. Indikatornya ialah kecerdasan umum (IQ). Kecerdasan itu, selain ditentukan oleh Tuhan, juga berkaitan dengan keturunan. Kesehatan jiwa dan fisik jelas berkaitan dengan kecerdasan tersebut. Kalau begitu, kesehatan dan kekuatan seperti yang telah diuraikan sebelum ini berkaitan juga dengan tingkat kecerdasan.
C. Rohani yang Berkualitas Tinggi
Seperti yang telah diuraikan sebelum ini, rohani yang dimaksud disini adalah aspek manusia selain jasmani dan akal (logika). Rohani itu samar, ruwet, belum jelas batasannya; manusia belum (atau tidak akan) memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui hakikatnya. Kebanyakan buku tashawwuf dan pendidikan islam menyebutnya qalb (kalbu) saja. Kalbu disini, sekalipun tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannya, gejalanya jelas. Gejala itu diwakilkan dalam istilah rasa. Rincian rasa tersebut misalnya sedih, gelisah, rindu, sabar, serakah, putus asa, cinta, benci, iman, bahkan kemampuan “melihat” yang ghaib, termasuk “melihat” Tuhan, surge, neraka, dan lain-lain. Kata “melihat” Tuhan dan sebagainya itu sebenarnya adalah “merasakan”. Kemampuan manusia memperoleh ilmu laduni atau ilmu kasyf adalah bagian dari kerja kalbu. , kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap indra. Kekuatan akal atau pikir betul-betul sangat luas, dapat mengetahui objek yang abstrak tetapi sebatas dapat dipikirkan secara logis. Kekuatan rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal. Bahkan ia dapat mengetahui objek secara tidak terbatas. Karena itu, islam amat mengistimewakan aspek kalbu. Kalbu dapat menembus alam ghoib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al-Qur’an, tempatnya di dalam kalbu. Sesuai dengan ayat Al Qur’an yang artinya “orang-orang arab badui itu berkata, kami telah beriman.katakan kepada mereka, kamu sebenarnya belum beriman; kamu seharusnya mengatakan kami telah tunduk karena sebenarnya iman itu belummasuk ke dalam hati kalian. (Al Hujurat:14).
Dalam ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa iman itu ada didalam hati, suatu rasa tentang Tuhan. Ayat lain menyebutkan dalam surat al maidah ayat 41 Tuhan berfirman sebagai berikut yang artinya “hai, rasul, janganlah kamu di sedihkan oleh orang-orang yang segera (memperlihatkan) kafir, yaitu orang-orang yang mengatakan kami telah beriman, padahal hati mereka belum beriman.
Jadi, menurut ayat ini kata-kata iman tidaklah merupakan pertanda bahwa orang yang mengatakannya itu sudah beriman; iman itu di hati, bukan di mulut. Iman itu bukan juga di kepala. Yang ada di kepala ialah pengetahuan tentang iman, pengetahuan tentang Tuhan, tetapi yang di kepala itu bukan iman, iman itu di dalam hati. Berdasarkan uraiain ini jelaslah kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain kalbu yang takwa kepada Allah.
Kalbu yang penuh iman itu mempunyai gejala-gejala yang amat banyak; katakanlah rinciannya amat banyak. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnya shalat dengan khusyuk (al-mu’min:1-2); bila mengingat Allah, kulit dan hatinya tenang (al-zumar;23); bila disebut nama Allah, bergetar hatinya (al-hajj:34-35); bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis (maryam:58, al-isra’:109). Itulah ciri utama hati yang penuh iman atau takwa. Dari situlah akan muncul manusia yang berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa manusia sempurna atau ideal dalam pandangan islam ialah manusia yang hatinya penuh takwa kepada Tuhan.
Seluruh uraian tentang ciri manusia sempurna atau ideal menurut islam ini dapat diringkaskan sebagai berikut. Manusia sempurna atau idel menurut islam haruslah:
1. Jasmaninya sehat serta kuat, termasuk berketerampilan;
2. Akalnya cerdas serta pandai;
3. Hatinya atau kalbunya penuh iman kepada Allah.
0 komentar:
Posting Komentar