Pertemuan perkuliahan kali ini pada hari Selasa di tanggal yang spesial 05/05/’15 berjalan seperti biasanya. Namun ada sedikit yang berbeda, presentasi kali ini ditunjuk langsung oleh Dosen untuk mahasiswa yang belum mendapatkan kesempatan maju ke depan guna pemerataan nilai.
Setelah presentasi, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan. Hari ini pak Ngainun Na’im menerangkan beberapa poin tentang perkembangan berlangsungnya studi islam di Indonesia.
Pertama, studi islam di Indonesia berlangsung bersamaan dengan masuknya islam di Indonesia. Islam masuk tidak hanya sekedar menyebar agama belaka tetapi juga terdapat adanya proses belajar di dalamnya. Belajar islam yang kita lakukan saat ini merupakan salah satu hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh tokoh-tokoh di masa lalu.
Kedua, adanya pengaruh pemikiran-pemikiran Timur Tengah dan Asia Selatan. Setelah islam masuk ke Indonesia kemudian sampai ada beberapa orang dari Indonesia yang melaksanakan studi islam ke timur tengah, saat pulang kembali ke tanah air akan membawa pengaruh pemikiran di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan bermunculan adanya golongan agama seperti Muhammadiyah, NU, dan sebagainya dimana dari tiap tokohya mempunyai pemikiran yang berbeda.
Ketiga, masa sebelum era 70’an. Masa ini disebut masa stagnan yang dimana pada masa tersebut terjadi banyak perubahan.
Keempat, era 70’an. Dosen saya mengemukakan bahwa beliau sependapat dengan pendapat dari tokoh Nur Cholis dengan slogannya “Islam No, Islam Yes”. Pada era 70’an ini, orang tidak akan dikatakan sempurna islamnya jika belum masuk ke dalam sebuah partai islam. Masa ini kehidupan beragama cenderung berkelompok dengan partai atau golonganya dan saling mengunggulkan golongannya masing-masing. Bahkan ada yang rela bertengkar untuk membela partainya. Banyak orang yang lebih memperjuangkan formalitas islam daripada ajaran apa yang terdapat dalam Islam.
Kelima, era 80’an. Pada masa ini perkembangan studi islam ditandai dengan banyaknya lulusan dari orang yang melakukan studi islam di Barat yang kemudian memunculkan metodologi-metodologi baru. Sebelum era 70’an, orang melakukan studi islam hanya menggunakan satu pendekatan yaitu pendekatan normatif seperti pendekatan menggunakan Al qur’an, Hadits, Turots (kajian kitab kuning). Kemudian muncul satu pendekatan baru yaitu pendekatan sosio-historis yang mana di dalam pendekatan ini mengkritisi sesuatu sesuai dengan kontekstual.
Di sela-sela pemaparan materi di atas, ada seuntai kalimat yang inspiratif bagi saya. Untaian kalimat tersebut sebagai berikut.
“Dalam perjalanan seseorang menuju sukses tidak akan lepas dari usaha-usaha dan rintangan. Namun terdapat Tiga Kunci usaha menuju sukses yang dapat disebut sebagai Triple H:
1. Kerja keras yang diwakili oleh tangan (Hand)
2. Kerja Cerdas yang diwakili oleh otak (Head)
3. Kerja Ikhlas yang diwakili oleh Hati (Heart)”
Di atas merupakan beberapa poin catatan perkuliahan MSI pada hari kali ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya juga pada penulis tersendiri khususnya.
0 komentar:
Posting Komentar