Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 30 April 2015

MSI Chapter V



           Kembali bertemu dengan saya yang biasa disebut Nona Pesekk .. heheheh , yang tak lupa juga bertemu lagi dengan sedikit coretan-coretan saya tentang perkuliahan MSI. Langsung saja saya uraikan sedikit yang saya dapat pada pertemuan kali ini.
Hari ini hari selasa tanggal 28 April 2015, perkuliahan dilaksanakan seperti biasanya. Presentasi hasil resume dan kebetulan hari ini saya adalah salah satu orang yang beruntung ditunjuk untuk mempresentasikan apa yang telah saya resume. Yang saya presentasikan adalah tentang “Studi Islam di Timur”. Berikut sedikit saya paparkan hasil resume saya. “Hampir sama dengan yang terjadi di Barat, studi islam di negeri-negeri Timur Tengah juga bevariasi. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Juga ada beberapa karakteristik yang khas dari masing-masing negara dan juga perguruan tinggi. Hal ini menjadikan kekayaan warna dalam studi islam di masing-masing lembaga dan negara yang juga akan semakin memperkaya warna studi islam”.
Setelah beberapa dari mahasiswa maju ke depan secara bergantian untuk presentasi dilanjutkan dengan Ujian Tengah Semester yang dilakukan dengan secara mendadak dan benar-benar menimbulkan shocking therapy effect pada mahasiswa. UTS di mulai dengan pemberian intruksi untuk mengeluarkan selembar kertas. Dilajutkan dengan pemberian 1 pertanyaan oleh dosen kemudian langsung dijawab oleh masing-masing mahasiswa di lembar jawaban. Dilanjutkan pemberian soal berikutnya dengan sistem yang sama (langsung di jawab). Beberapa menit berlalu, semua lembar jawaban di kumpulkan dan UTS berjalan dengan cukup baik. 
Semoga mendapat hasil yang memuaskan meskipun jujur mengerjakan tanpa belajar. Hehehehe.....

Minggu, 19 April 2015

MSI Chapter IV


Pada perkuliahan MSI pertemuan hari Selasa tanggal 14 April 2015 hanya ada beberapa poin saja yang dapat saya tulis, meliputi:
1.    K.H.Ahmad Dahlan dan K.H.Hasyim Asy’ari merupakan tokoh penting Indonesia yang melakukan studi Islam di Mekah.
2.    Ada suatu kalimat yang menurut saya dapat dijadikan sebagai prinsip. Kalimat tersebut adalah “ bacaan dan lingkungan kita akan membentuk kita” dan “ bacaan kita akan menentukan kita disaat sekarang maupun masa depan”
3.    Jika kita melihat sesuatu hal (misal : agama) janganlah melihat hanya dari 1 sudut pandang saja. Lihatlah dengan sudut pandang yang lebih luas (Pluralistik Approach).
4.    Sebelum Indonesia merdeka, tidak ada yang melakukan studi islam ke Barat. Yang ada hanya Studi umum. Mahasiswa pertama Indonesia yang melakukan studi Islam di Barat yaitu Prof. Rasjidi yang berhasil menyelesaikan studi dan meraih gelar doktornya di Perancis, Universitas Sorbone pada tahun 1954.

MSI Chapter III

Sikap keberagaman Intrinsik dan Ekstrinsik.
            Banyak tokoh psikolog yang bersikap kurang simpatik terhadap tokoh-tokoh agama, seperti William James, Sigmund Freud, Boisen (Anton T.Boisen).
            Namun terdapat pula psikolog yang bersifat simpatik terhadap agama. Psikolog itu adalah Gordon W.Allport. Menurut allport, ada dua macam cara beragama yaitu Ekstrinsik dan Instrinsik. Yang Ekstrinsik memandang agama sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan, dan bukan untuk kehidupan. Orang yang beragama dengan cara Ekstrinsik melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Cara beragama semacam ini tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang.
Pada yang penuh yaitu Instrinsik dianggap menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat, agama dipandang sebagai pengatur seluruh hidup seseorang. Cara beragama seperti ini mampu menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang.

MSI Chapter II


             Pada perkuliahan hari selasa tanggal 31 Maret 2015 dosen saya bapak Ngainun Na’im yang mengampu mata kuliah Metodologi Studi Islam menguraikan beberapa penjelasan di kelas. Namun, hanya ada beberapa yang saya tangkap dan saya catat. Beberapa hal yang menjadi sedikit goresan pena saya yaitu:
1.    Metodologi dan Metode adalah suatu hal yang berkaitan dengan sebuah penelitian.
2.    Penelitian dilakukan tidak harus di labolatorium, bisa juga dilakukan di kelas ataupun di alam bebas.
3.    Metodologi adalah ilmu tentang cara melakukan sesuatu. Sedangkan metode adalah praktik dari sebuah metodologi. Kata kunci terletak pada kata “ilmu” => teori.
4.    Dalam suatu metodologi terdapat pendekatan-pendekatan, diantaranya a) pendekatan aktif (jika objek aktif, artinya terdapat suatu hubungan timbal balik yang aktif antara observator dengan narasumber), b) pendekatan pasif (jika objek pasif, artinya narasumber hanya terkesan to the point saat menanggapi observator)
5.    Teknik adalah cara yang digunakan untuk melakukan suatu pendekatan.
6.    Salah satu keuntungan jika telah menguasai metodologi yaitu dapat mencapai tujuan dengan praktis, statis, dan sistematis dengan pencapaian waktu yang lebih cepat.
Sekian di atas adalah catatan saya saat mengikuti perkuliahan Metodologi Studi Islam. Semoga bermanfaat bagi saya dan juga pembaca. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Kamis, 16 April 2015

MSI Chapter I


A. Pengertian Studi Islam
              Istilah studi islam dalam bahasa inggris adalah islamic studies, danm dalam bahasa Arab adalah Dirasat al-Islamiyyah.
             Dalam rumusan Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu keterampilan.
            Sementara menurut Mohammad Hatta mengartikan studi sebagai mempelajari sesuatu untuk mengartikan kedudukan masalahnya, mencari pengetahuan tentang sesuatunya di dalam hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan yang tertentu, dan dengan metode yang tertentu pula.
             Adapun pengertian islam secara terminologis sebagaimana yang dirumuskan para ahli, ulama dan cendikiawan bersifat sangat beragam, tergantung daru sudut pandang yang digunakan. Salah satu rumusan definisi islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.
Sebagai contoh, rumusan pengertian studi islam yang dibuat oleh Moh.Nurhakim. Menurut Nurhakim, penggunaan istilah studi Islam bertujuan untuk mengungkapkan beberapa maksud. Pertama, ddikonotasikan dengan pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya. Kedua, studi islam dikonotasikan dengan materi, subjek sebagai kajian studi islam. Ketiga, dikonotasikan dengan institusi-institusi pengakajian islam.
              Sementara Jacques Waardenburg mengidentifikasi tiga pola kerja berbeda. Pertama, pada umumnya kajian normatif agama islam dikembangkan oleh sarjana muslim. Kedua, kajian non-normatif agama islam yang dilakukan oleh intelektual muslim maupun non-muslim. Ketiga, kajian non-normatif dari sudut pandang sejarah, literatur, atau sosiologi dan antropologi budaya, dan tidak hanya terfokus pada satu perspektif saja.
 B.    Objek Studi Islam
                 Menurut Taufik Abdullah, agama sebagai sasaran kajian dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) agama sebagai doktrin, (2) dinamika dan struktur masyarakat yang dibentuk oleh agama, (3) sikap masyarakat pemeluk terhadap doktrin.
Sedangkan menurut Moh.Nurhakim mengungkapkan beberapa aspek yang dapat menjadi obyek studi, yaitu: pertama, islam sebagai doktrin. Kedua, sebagai gejala budaya. Ketiga, sebagai interaksi sosial.
                Sementara M.Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa ada lima bentuk fenomena agama sebagai bentuk kebudayaan. Lima hal tersebut adalah: [1] naskah-naskah (scripture) atau sumber ajaran dan simbol-simbol agama; [2] sikap, perilaku dan penghayatan para penganut atau tokoh-tokoh agama; [3] ibadah-ibadah, lembaga-lembaga, seperti sholat, haji, puasa, zakat, nikah, dan sebagainya; [4] alat-alat atau sarana peribadatan; [5] lembaga atau orgtanisasi keagamaan.

Jumat, 27 Maret 2015

Rumusan Tujuan Akhir Pendidikan Menurut Islam


Pendidikan itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan  itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah takwa dalam bentuk Insan Kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal. Tujuan akhir pendidikan itu dapat dipahami dalam firman Allah yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran islam)” (Q.S. Ali Imron:102).
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan Kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan menurut Islam.
Al-Abrasyi merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi:
A.    Pembinaan akhlak;
B.    Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan di akhirat;
C.    Penguasaan ilmu;
D.    Keterampilan bekerja dalam masyarakat (lihat Al-Abrasyi, 1974:15-18).
Namun bagi Asma Hasan Fahmi (lihat Munir Mursi, 1977:17), tujuan akhir pendidikan islam dapat dirinci sebagai berikut:
a.    Tujuan keagamaan;
b.    Tujuan pengembangan akal, akhlak;
c.    Tujuan pengajaran kebudayaan;
d.    Tujuan pembinaan kepribadian.

Ciri-Ciri Manusia Ideal dalam Perspektif Islam.

Islam mempunyai perspektif tersendiri terhadap kualifikasi manusia yang dikatakan sebagai manusia ideal, meliputi:  
A.    Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketrampilan.
Manusia yang Memiliki Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketerampilan. Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakan ajaran islam. Islam menghendaki agar orang islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran islam (iman) adalah persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, maka kesehatan jasmani pun penting pula. Karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (agar sehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin islam. Pendidikan itu langsung dihubungkan dengan pembelaan islam, yaitu berupa latihan memanah, berenang, menggunakan senjata, menunggang kuda, lari cepat (Al-Syaibani, 1979:503).
Jasmani yang berkembang dengan baik haruslah kuat (power); artinya orang itu harus kuat secara fisik. Cirinya yang mudah di lihat adalah adanya otot yang berkembang dengan sempurna. Hasil yang diperoleh ialah kemampuan beradaptasi yang tinggi, kemampuan pulih (recover) yang cepat, dan kemampuan menahan letih, yaitu tidak cepat letih. Tanda yang lain ialah aktif, berpenampilan segar.
Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan juga dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu keterampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
B.    Cerdas serta pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki informasi. Salah satu ciri muslim yang sempurna ialah cerdas serta pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dilihat melalui indicator-indikator sebagai berikut.
Pertama, memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. Sains adalah pengetahuan manusia yang merupakan produk indra dan akal; dalam sains kelihatan tinggi atau rendahnya mutu akal. Orang islam hendaknya tidak hanya menguasai teori-teori sains, termasuk teknologi. Kedua, mampu memahami dan menghasilkan filsafat. Berbeda dari sains, filsafat adalah jenis pengetahuan yang semata-mata akliah. Dengan ini, orang islam akan mampu memecahkan masalah filosofis.
Perlunya ciri akliah dimiliki oleh muslim dapat diketahui dari ayat-ayat al qur’an serta hadis nabi Muhammad S.A.W. ayat dan hadis itu biasanya di ungkapkan dalam bentuk perintah agar belajar dan atau perintah menggunakan indra dan akal, atau pujian kepada mereka yang menggunakan indra dan akalnya. Sebagian kecil dari ayat Al Qur’an dan hadis tersebut adalah yang artinya “Katakanlah, samakah antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(QS. Al-Zumar:9).
Dan dalam ayat yang lain disebutkan yang artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya adalah ulama.(QS Al-Fathir:28).
Ayat Al Qur’an diatas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan) dimiliki orang islam, pentingnya berpikir dan pentingnya belajar.
Nabi Muhammad S.A.W. menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan cara belajar (lihat Al-Bukhori,I,1981:25). Jadi, kalau begitu orang islam diperintah agar belajar. Surat al-Alaq ayat 1 mengandung pengertian bahwa orang islam seharusnya dapat membaca. Ayat ini juga mengandung perintah agar orang islam belajar karena pada umumnya kemampuan membaca itu diperoleh dari belajar. Dalam Al Qur’an surat al-nahl ayat 43 tuhan menyuruh orang islam bertanya jika ia tidak tahu. Ini dapat diartikan sebagai suruhan belajar. Sabda Rasululloh S.A.W.tentang perintah belajar banyak sekali. Ini dapat dilihat umpamanya dalam shahih al-bukhori juz I. Al-bukhari menulis salah satu judul dalam kitabnya itu dengan menggunakan kata-kata al-‘ilm qabl al-qaul wa al-‘amal, yang berarti pengetahuan (perlu) sebelum berkata dan berbuat (lihat al-bukhari,I,1981:25). Judul itu menggambarkan pendapat al-bukhari bahwa belajar itu penting. Imam Al-Ghazali lebih tegas dalam hal ini; ia berpendapat bahwa belajar itu wajib bagi setiap muslim (sulayman,1964:6,20). Jadi, jelaslah bahwa islam menghendaki agar orang islam berpengetahuan. Ini adalah salah satu ciri akal yang berkembang baik. Akal yang berkembang baik itu berisi banyak pengetahuan sains, filsafat, serta mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis.
Akal yang cerdas adalah karunia Tuhan. Indikatornya ialah kecerdasan umum (IQ). Kecerdasan itu, selain ditentukan oleh Tuhan, juga berkaitan dengan keturunan. Kesehatan jiwa dan fisik jelas berkaitan dengan kecerdasan tersebut. Kalau begitu, kesehatan dan kekuatan seperti yang telah diuraikan sebelum ini berkaitan juga dengan tingkat kecerdasan.
C.    Rohani yang Berkualitas Tinggi
Seperti yang telah diuraikan sebelum ini, rohani yang dimaksud disini adalah aspek manusia selain jasmani dan akal (logika). Rohani itu samar, ruwet, belum jelas batasannya; manusia belum (atau tidak akan) memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui hakikatnya. Kebanyakan buku tashawwuf dan pendidikan islam menyebutnya qalb (kalbu) saja. Kalbu disini, sekalipun tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannya, gejalanya jelas. Gejala itu diwakilkan dalam istilah rasa. Rincian rasa tersebut misalnya sedih, gelisah, rindu, sabar, serakah, putus asa, cinta, benci, iman, bahkan kemampuan “melihat” yang ghaib, termasuk “melihat” Tuhan, surge, neraka, dan lain-lain. Kata “melihat” Tuhan dan sebagainya itu sebenarnya adalah “merasakan”. Kemampuan manusia memperoleh ilmu laduni atau ilmu kasyf adalah bagian dari kerja kalbu. , kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap indra. Kekuatan akal atau pikir betul-betul sangat luas, dapat mengetahui objek yang abstrak tetapi sebatas dapat dipikirkan secara logis. Kekuatan rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal. Bahkan ia dapat mengetahui objek secara tidak terbatas. Karena itu, islam amat mengistimewakan aspek kalbu. Kalbu dapat menembus alam ghoib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al-Qur’an, tempatnya di dalam kalbu. Sesuai dengan ayat Al Qur’an yang artinya “orang-orang arab badui itu berkata, kami telah beriman.katakan kepada mereka, kamu sebenarnya belum beriman; kamu seharusnya mengatakan kami telah tunduk karena sebenarnya iman itu belummasuk ke dalam hati kalian. (Al Hujurat:14).
Dalam ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa iman itu ada didalam hati, suatu rasa tentang Tuhan. Ayat lain menyebutkan dalam surat al maidah ayat 41 Tuhan berfirman sebagai berikut yang artinya “hai, rasul, janganlah kamu di sedihkan oleh orang-orang yang segera (memperlihatkan) kafir, yaitu orang-orang yang mengatakan kami telah beriman, padahal hati mereka belum beriman.
Jadi, menurut ayat ini kata-kata iman tidaklah merupakan pertanda bahwa orang yang mengatakannya itu sudah beriman; iman itu di hati, bukan di mulut. Iman itu bukan juga di kepala. Yang ada di kepala ialah pengetahuan tentang iman, pengetahuan tentang Tuhan, tetapi yang di kepala itu bukan iman, iman itu di dalam hati. Berdasarkan uraiain ini jelaslah kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain kalbu yang takwa kepada Allah.
Kalbu yang penuh iman itu mempunyai gejala-gejala yang amat banyak; katakanlah rinciannya amat banyak. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnya shalat dengan khusyuk (al-mu’min:1-2); bila mengingat Allah, kulit dan hatinya tenang (al-zumar;23); bila disebut nama Allah, bergetar hatinya (al-hajj:34-35); bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis (maryam:58, al-isra’:109). Itulah ciri utama hati yang penuh iman atau takwa. Dari situlah akan muncul manusia yang berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa manusia sempurna atau ideal dalam pandangan islam ialah manusia yang hatinya penuh takwa kepada Tuhan.
Seluruh uraian tentang ciri manusia sempurna atau ideal menurut islam ini dapat diringkaskan sebagai berikut. Manusia sempurna atau idel menurut islam haruslah:
1.    Jasmaninya sehat serta kuat, termasuk berketerampilan;
2.    Akalnya cerdas serta pandai;
3.    Hatinya atau kalbunya penuh iman kepada Allah.
 

Blogger news

Blogroll